tentang goa jatijajar
Kompleks Gua Wisata-
baik Gua Alam maupun Buatan- yang terletak sekitar 42 km barat daya Kebumen ini
mencakup kawasan seluas 5,5 hektar. Objek Wisata ini telah dilengkapi dengan
prasarana wisata seperti tempat parkir, peturasan, tempat bermain, kios
makanan, buah-buahan dan toko cinderamata.
Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas muka laut. Sistem
perguaan berkembang pada lapisan batu gamping yang berumur Miosen Tengah.
Kehadiran fosil-fosil seperti Lepidocyclina sumatrensis Brady, L. Elegans Tan
dan Cycloclypeus annulatus Martin selain menunjukkan umur batuan juga sekaligus
mencari lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal yang mempunyai kedalaman
maksimum 60 m.
Gejala endokars ini mempunyai mulut Gua yang berbangun
melengkung tinggi dan lebar. Pada dinding pintu masuk sebelah kanan tersingkap
sisa endapan sedimen gua yang kaya fosil moluska. Sementara itu, pembentukan
kanopi di dekat masuk Gua Jatijajar menunjukkan adanya sungai bawah tanah yang
pernah aktif beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Sendang Kantil dan Sendang
Mawar adalah kolam-kolam sungai bawah tanah yang dibuka untuk umum. Dua sendang
lainnya, Jombor dan Puserbumi tidak dapat dimasuki wisatawan umum kecuali
mendapat izin dari pengelola. Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak
bergaris tengah sekitar 50 cm. Sementara Sendang Jombor yang dihuni pelus
sepanjang lebih dari 1 m mempunyai sifon di dasarnya. Sifon ini dapat
detelusuri dengan metode penyelaman. Lorong gua di bawah Gua Jatijajar ini
disiapkan menjadi objek wisata gua minat khusus. Untuk memasuki lorong ini
harus seizin petugas karena keempat sendang yang berada di Gua Jatijajar
dikeramatkan dan dijadikan sebagai tempat berziarah.
Lubang-lubang di dasar gua di dekat pintu masuk merupakan
bekas-bekas penambangan fosfat guano. Ornamen gua (stalaktit, stalakmit, pilar,
flowstone) umumnya sudah tidak aktif, meskipun pada beberapa tempat terdapat
tetesan dan leleran air melalui ujung-ujung stalaktit. Sebuah lubang di atap
gua setinggi 24 m dari dasar gua, tidak jauh dari sebuah pilar besar berbangun
membundar yang masih aktif, mengungkap sejarah penemuan gua pada tahun 1802
oleh Djajamenawi. Petani tersbut terperosok ke dalam gua melalui lubang yang
ada di permukaan dan setelah tanah yang menutupi lorong dibersihkan ia
menemukan lubang masuk, yaitu mulut gua sekarang.
Lorong Gua Jatijajar sepanjang 250 m, dengan lebar dan
tinggi rata-rata 15-25 m, dapat dimasuki oleh wisatawan dengan mudah mulai
tahun 1975, di sepanjang lorong juga ditempatkan 32 buah patung yang menceritakan
legenda Raden Kamandaka. Di luar gua dibangun patung-patung dinosaurus untuk
menggambarkan kepurbaan Gua Jatijajar.
Legenda dan Asal usul nama Gua Jatijajar
Kamandaka yang aslinya bernama Raden Banyak Contro adalah
putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Pusat Pemerintahan Pasir luhur atau Galih
timur pada abad 14 kira-kira berada di sekitar Baturaden ( Purwokerto ), di
lereng barat daya Gunung Slamet. Prabu Siliwangi-Raja Pajajaran pada waktu
itu-memiliki dua permaisuri. Dari permasuri pertama, Prabu Siliwangi berputra
dua orang yaitu Banyak Contro dan Banyak Ngampar.Karena Permaisuri pertama
meninggal, Prabu Siliwangi mengangkat permaisuri kedua, Dewi Kumudaningsih.
Sebelumnya Dewi Kumudaningsih memberi syarat, ia mau menjadi permaisuri jika
anak laki-lainya kelak dapat menjadi raja, menggantikan Prabu Siliwangi. Dari
permaisuri kedua ini terturunkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat
putera sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak
oleh Banyak Contro, dengan alasan dia belum siap dan belum mempunyai
pendamping. Ia hanya mau menikah dngan wanita yang mirip dengan mendiang
ibunya. Untuk itu dia mengembara menuju Gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki
Ajar Wirangrong. Oleh orang tua tersebut dia disuruh mengembara ke timur menuju
Kadipaten Pasir luhur supaya cita-citanya beristri wanita cantik seperti ibunya
terkabul, ia harus menanggalkan pakaiannya sebagai putra raja menjadi orang
biasa. Banyak Contro selanjutnya menyamar menjadi orang kebanyakan, dan
berganti nama menjadi Kamandaka. Setelah sampai di Pasir Luhur ia bertemu
dengan Reksonoto-Patih Kadipaten Pasir luhur yang menjadikannya sebagai anak
angkat. Adipatih Kandandoho, penguasa Kadipaten Pasir luhur, mempunyai beberapa
putri yang semuanya sudah bersuami kecuali putri bungsunya-Dewi Ciptoroso.
Wajah dan penampilan putri Pasir Luhur ini mirip dengan ibu Kamandaka.
Kamandaka berhasil menarik hati Dewi Ciptoroso. Tetapi pada suatu saat ketika
mereka sedang berdua di Taman Keputren, seorang prajurit Kadipaten
memergokinya. Kamandaka dikeroyok para prajurit, yang mengiranya sebagai
pencuri. Karena kesaktiannya ia dapat meloloskan diri.. Adipati Pasir luhur
murka, memanggil Patih Reksanata supaya menangkap Kamandaka dan menyerahkan
kepadanya. Setelah itu, Kamanandaka bersembunyi di suatu gua dan dia bertapa.
Tiba-tiba dia mendapat petunjuk bahwa dia bisa mempersunting Dewi Ciptoroso
jika ia berpakaian lutung. Jika siang menjadi Kamandaka, sedangkan jika malam
tiba dia berubah menjadi kera (lutung). Akhirnya kamandaka berhasil
mempersunting Dewi Ciptoroso karena berhasil membunuh Prabu Pulebahas.
Berdasarkan Legenda Kamandaka dan sejarah Gua yang ditemukan
pada 1802, asal mula nama Jatijajar sendiri ada 2 versi :
Versi pertama
Pada saat Kamandaka dikejar oleh Silihwarni, dan dari dalam
gua kamandaka menyebutkan jatidirinya bahwa sebenarnya ia putra mahkota
Pajajaran, maka digali dari kata ”sejatine” (sebenarnya) dan ”pajajaran”
terlahir nama jatijajar.
Versi kedua
Bupati Ambal yang datang ke lapangan setelah mendengar
laporan ditemukannya gua oleh Jayamenawi pada 1802 menemukan 2 pohon jati yang
tubuh berdampingan di dekat mulut gua. Selanjutnya ia menamakan daerah itu
menjadi jatijajar, berasal dari kata ”jati yang tumbuh sejajar” (berdampingan).
kepercayaan masyarakyat
Di dalam Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi
yang data dicapai dengan mudah hanya 4 (empat) sungai yaitu:
- Sungai Puser Bumi
- Sungai Jombor
- Sungai Mawar
- Sungai Kantil
Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat
dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan
masing-masing. Sedangkan Sungai Mawar konon airnya jika untuk mandi atau
mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil
jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan
mudah tercapai.
Pada saat ini yang telah dibangun baru Sendang Mawar dan Sendang
Kantil, Sedangkan Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih alami dan
masih belum ada penerangan serta licin.
Diorama
Diorama yang di pasang dan dalam Gua Jatijajar ada 8 (delapan) diorama,
yang patung-patungnya ada 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan cerita
Legenda dari "Raden Kamandaka - Lutung Kasarung". Adapun kaitannya
dengan Gua Jatijajar ialah, dahulu kala Gua Jatijajar pernah digunakan
untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan
Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur
Kali Lukulo masuk ke wilayah Kerajaan Majapahit, sedangkan sebelah barat
Kali Lukulo masuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu
terjadinya di kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau
Purwokerto pada abad ke-14. Namun keseluruhan dioramanya dipasang di
dalam Gua Jatijajar.
Lokasi ( akses )
Jika anda dari Jakarta-Bandung-Purwokerto menuju Jogja dan melewati
jalur selatan biasanya akan melewati Kabupaten Kebumen. Lokasi obyek
wisata eksotis Gua Jatijajar adalah di Dukuh Polomarto, Desa Jatijajar,
Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, sekitar 8 km dari
Gombong. Arah dari timur untuk menuju gua Jatijajar adalah dari kota
Gombong ke barat terus sampai ada gapura penunjuk di kiri jalan, terus
belok ke selatan.
Goa Jatijajar
dipungut Retribusi masuk sebesar :
Dewasa Rp. 7.000,00
Anak usia 5 (lima) tahun ke bawah Rp. 4.000,00
SUMBER:
http://adzoblog.blogspot.co.id/2009/01/pesona-wisata-dan-kesenian-budaya.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Jatijajar
http://www.sangpangemong.com/2015/06/wisata-alam-goa-jatijajar-kebumen.html
SUMBER GAMBAR:
https://www.google.com/search?q=tradisi+janengan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjUvYCOjNzJAhXYkY4KHeq3ANYQ_AUICCgC&biw=1366&bih=657#tbm=isch&q=goa+jatijajar