Senin, 14 Desember 2015

OBJEK WISATA GOA JATIJAJAR KEBUMEN

tentang goa jatijajar

 Kompleks Gua Wisata- baik Gua Alam maupun Buatan- yang terletak sekitar 42 km barat daya Kebumen ini mencakup kawasan seluas 5,5 hektar. Objek Wisata ini telah dilengkapi dengan prasarana wisata seperti tempat parkir, peturasan, tempat bermain, kios makanan, buah-buahan dan toko cinderamata.

Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas muka laut. Sistem perguaan berkembang pada lapisan batu gamping yang berumur Miosen Tengah. Kehadiran fosil-fosil seperti Lepidocyclina sumatrensis Brady, L. Elegans Tan dan Cycloclypeus annulatus Martin selain menunjukkan umur batuan juga sekaligus mencari lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal yang mempunyai kedalaman maksimum 60 m.

Gejala endokars ini mempunyai mulut Gua yang berbangun melengkung tinggi dan lebar. Pada dinding pintu masuk sebelah kanan tersingkap sisa endapan sedimen gua yang kaya fosil moluska. Sementara itu, pembentukan kanopi di dekat masuk Gua Jatijajar menunjukkan adanya sungai bawah tanah yang pernah aktif beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Sendang Kantil dan Sendang Mawar adalah kolam-kolam sungai bawah tanah yang dibuka untuk umum. Dua sendang lainnya, Jombor dan Puserbumi tidak dapat dimasuki wisatawan umum kecuali mendapat izin dari pengelola. Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Sementara Sendang Jombor yang dihuni pelus sepanjang lebih dari 1 m mempunyai sifon di dasarnya. Sifon ini dapat detelusuri dengan metode penyelaman. Lorong gua di bawah Gua Jatijajar ini disiapkan menjadi objek wisata gua minat khusus. Untuk memasuki lorong ini harus seizin petugas karena keempat sendang yang berada di Gua Jatijajar dikeramatkan dan dijadikan sebagai tempat berziarah.

Lubang-lubang di dasar gua di dekat pintu masuk merupakan bekas-bekas penambangan fosfat guano. Ornamen gua (stalaktit, stalakmit, pilar, flowstone) umumnya sudah tidak aktif, meskipun pada beberapa tempat terdapat tetesan dan leleran air melalui ujung-ujung stalaktit. Sebuah lubang di atap gua setinggi 24 m dari dasar gua, tidak jauh dari sebuah pilar besar berbangun membundar yang masih aktif, mengungkap sejarah penemuan gua pada tahun 1802 oleh Djajamenawi. Petani tersbut terperosok ke dalam gua melalui lubang yang ada di permukaan dan setelah tanah yang menutupi lorong dibersihkan ia menemukan lubang masuk, yaitu mulut gua sekarang.

Lorong Gua Jatijajar sepanjang 250 m, dengan lebar dan tinggi rata-rata 15-25 m, dapat dimasuki oleh wisatawan dengan mudah mulai tahun 1975, di sepanjang lorong juga ditempatkan 32 buah patung yang menceritakan legenda Raden Kamandaka. Di luar gua dibangun patung-patung dinosaurus untuk menggambarkan kepurbaan Gua Jatijajar.

Legenda dan Asal usul nama Gua Jatijajar

 

Kamandaka yang aslinya bernama Raden Banyak Contro adalah putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Pusat Pemerintahan Pasir luhur atau Galih timur pada abad 14 kira-kira berada di sekitar Baturaden ( Purwokerto ), di lereng barat daya Gunung Slamet. Prabu Siliwangi-Raja Pajajaran pada waktu itu-memiliki dua permaisuri. Dari permasuri pertama, Prabu Siliwangi berputra dua orang yaitu Banyak Contro dan Banyak Ngampar.Karena Permaisuri pertama meninggal, Prabu Siliwangi mengangkat permaisuri kedua, Dewi Kumudaningsih. Sebelumnya Dewi Kumudaningsih memberi syarat, ia mau menjadi permaisuri jika anak laki-lainya kelak dapat menjadi raja, menggantikan Prabu Siliwangi. Dari permaisuri kedua ini terturunkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat putera sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak oleh Banyak Contro, dengan alasan dia belum siap dan belum mempunyai pendamping. Ia hanya mau menikah dngan wanita yang mirip dengan mendiang ibunya. Untuk itu dia mengembara menuju Gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki Ajar Wirangrong. Oleh orang tua tersebut dia disuruh mengembara ke timur menuju Kadipaten Pasir luhur supaya cita-citanya beristri wanita cantik seperti ibunya terkabul, ia harus menanggalkan pakaiannya sebagai putra raja menjadi orang biasa. Banyak Contro selanjutnya menyamar menjadi orang kebanyakan, dan berganti nama menjadi Kamandaka. Setelah sampai di Pasir Luhur ia bertemu dengan Reksonoto-Patih Kadipaten Pasir luhur yang menjadikannya sebagai anak angkat. Adipatih Kandandoho, penguasa Kadipaten Pasir luhur, mempunyai beberapa putri yang semuanya sudah bersuami kecuali putri bungsunya-Dewi Ciptoroso. Wajah dan penampilan putri Pasir Luhur ini mirip dengan ibu Kamandaka. Kamandaka berhasil menarik hati Dewi Ciptoroso. Tetapi pada suatu saat ketika mereka sedang berdua di Taman Keputren, seorang prajurit Kadipaten memergokinya. Kamandaka dikeroyok para prajurit, yang mengiranya sebagai pencuri. Karena kesaktiannya ia dapat meloloskan diri.. Adipati Pasir luhur murka, memanggil Patih Reksanata supaya menangkap Kamandaka dan menyerahkan kepadanya. Setelah itu, Kamanandaka bersembunyi di suatu gua dan dia bertapa. Tiba-tiba dia mendapat petunjuk bahwa dia bisa mempersunting Dewi Ciptoroso jika ia berpakaian lutung. Jika siang menjadi Kamandaka, sedangkan jika malam tiba dia berubah menjadi kera (lutung). Akhirnya kamandaka berhasil mempersunting Dewi Ciptoroso karena berhasil membunuh Prabu Pulebahas.

Berdasarkan Legenda Kamandaka dan sejarah Gua yang ditemukan pada 1802, asal mula nama Jatijajar sendiri ada 2 versi :
Versi pertama
Pada saat Kamandaka dikejar oleh Silihwarni, dan dari dalam gua kamandaka menyebutkan jatidirinya bahwa sebenarnya ia putra mahkota Pajajaran, maka digali dari kata ”sejatine” (sebenarnya) dan ”pajajaran” terlahir nama jatijajar.

Versi kedua
Bupati Ambal yang datang ke lapangan setelah mendengar laporan ditemukannya gua oleh Jayamenawi pada 1802 menemukan 2 pohon jati yang tubuh berdampingan di dekat mulut gua. Selanjutnya ia menamakan daerah itu menjadi jatijajar, berasal dari kata ”jati yang tumbuh sejajar” (berdampingan).

kepercayaan masyarakyat

 


Di dalam Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi yang data dicapai dengan mudah hanya 4 (empat) sungai yaitu:

  1. Sungai Puser Bumi
  2. Sungai Jombor
  3. Sungai Mawar
  4. Sungai Kantil
Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sedangkan Sungai Mawar konon airnya jika untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai.
Pada saat ini yang telah dibangun baru Sendang Mawar dan Sendang Kantil, Sedangkan Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih alami dan masih belum ada penerangan serta licin.

Diorama
Diorama yang di pasang dan dalam Gua Jatijajar ada 8 (delapan) diorama, yang patung-patungnya ada 32 buah. Keseluruhannya mengisahkan cerita Legenda dari "Raden Kamandaka - Lutung Kasarung". Adapun kaitannya dengan Gua Jatijajar ialah, dahulu kala Gua Jatijajar pernah digunakan untuk bertapa oleh Raden Kamandaka Putera Mahkota dari Kerajaan Pajajaran, yang bernama aslinya Banyak Cokro atau Banyak Cakra.
Adapun batasnya yaitu Kali Lukulo dari Kabupaten Kebumen sebelah Timur Kali Lukulo masuk ke wilayah Kerajaan Majapahit, sedangkan sebelah barat Kali Lukulo masuk wilayah Kerajaan Pajajaran. Sedangkan cerita itu terjadinya di kabupaten Pasir Luhur, yaitu daerah Baturaden atau Purwokerto pada abad ke-14. Namun keseluruhan dioramanya dipasang di dalam Gua Jatijajar.

Lokasi ( akses )
 Jika anda dari Jakarta-Bandung-Purwokerto menuju Jogja dan melewati jalur selatan biasanya akan melewati Kabupaten Kebumen. Lokasi obyek wisata eksotis Gua Jatijajar adalah di Dukuh Polomarto, Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, sekitar 8 km dari Gombong. Arah dari timur untuk menuju gua Jatijajar adalah dari kota Gombong ke barat terus sampai ada gapura penunjuk di kiri jalan, terus belok ke selatan.

 Goa Jatijajar
  dipungut Retribusi masuk sebesar :
  Dewasa              Rp. 7.000,00
  Anak usia 5 (lima) tahun ke bawah    Rp. 4.000,00


SUMBER:
http://adzoblog.blogspot.co.id/2009/01/pesona-wisata-dan-kesenian-budaya.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Jatijajar 
http://www.sangpangemong.com/2015/06/wisata-alam-goa-jatijajar-kebumen.html
SUMBER GAMBAR:
https://www.google.com/search?q=tradisi+janengan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjUvYCOjNzJAhXYkY4KHeq3ANYQ_AUICCgC&biw=1366&bih=657#tbm=isch&q=goa+jatijajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar